Thursday, November 24, 2022

Proses Mendapatkan Visa ke Amerika - Part 1

Pengalaman Urus Dokumen Imigrasi dan Student Visa ke Amerika Beberapa hari yang lalu, saya baru saja berhasil menjadwalkan waktu untuk wawancara visa ke Amerika. Nah, postingan kali ini akan lebih banyak bercerita tentang proses yang saya lakukan dan alami untuk mencapai tahap ini. Untuk bisa masuk ke negara lain, maka kita akan memerlukan sebuah dokumen yang bernama visa. Tidak terkecuali untuk masuk ke Amerika. Visa ke Amerika sangat beragam, dan kalian bisa mencari informasi ini di website resmi atau sharing pengalaman dari tulisan atau youotube. Bulan depan, tepatnya tanggal 25 Desember 2022, saya harus berangkat ke Amerika untuk menempuh pendidikan di sana. Saya sudah membeli tiket ini beberapa minggu yang lalu. Hal ini saya lakukan karena saya takut tidak mendapatkan kursi atau tidak tersedia tiket dengan harga murah. Maklum, duit pas-pasan. Sebenarnya ini sangat berisiko karena jika visa saya tidak disetujui, maka tiket pesawat saya bisa hangus atau di refund tidak penuh. Tapi saya mencoba berpikir positif dan optimis saya pasti akan mendapatkan visa ke Amerika. Bagi kalian yang juga akan melanjutkan studi ke Amerika, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendapatkan visa. 1. Memproses Dokumen Imigrasi dari Universitas Saat kalian mendaftar ke sebuah universitas di Amerika, kalian diharuskan memenuhi persyaratan admisi yang diminta dari pihak universitas. Beberapa diantaranya seperti ijasah S1 asli/legalisir dan translate ijasah asli yang dikeluarkan oleh universitas kalian yang sebelumnya, dan ini harus dikirim ke universitas tujuan di Amerika. Kedua, tes TOEFL/IELTS dan hasil tes GRE/GMIT. Dalam kasus saya, saya tidak perlu melampirkan kedua dokumen tersebut karena suatu alasan. Ketiga, dokumen yang terkait dengan funding support, misalnya Letter of Sponsorship/Letter of Guarantee dari sponsor beasiswa jika kalian mendapatkan beasiswa. atau menyertakan Bank Statement dan Afidavit of Support jika kalian studi dengan menggunakan biaya sendiri. Dalam pengalaman saya, LoG yang saya lampirkan dalam aplikasi pendaftaran nantinya akan di review oleh tim Financial Review. Dari tim reviewer diketahui jika nilai dari beasiswa saya adalah sekitar 250k US$. Untuk single, wah ini sangat cukup sekali. Namun, karena saya membawa serta keluarga, maka biaya yang dibutuhkan untuk tinggal di Amerika selama studi saya adalah SEKITAR 310k US$. Artinya ada sekitar 60k US$ yang masih harus saya tutup. Kalian akan diminta untuk mengisi formulir Avidavit of Support, yaitu sebuah dokumen yang menunjukkan jika kalian bisa menanggung biaya di luar yang bisa di cover oleh beasiswa. Kalian juga harus melampirkan Bank Statement atau Bank Reference yang dikeluarkan oleh bank yang kalian miliki di Indonesia. Jika kalian tidak memiliki dana sebesar itu, maka kalian bisa meminjam ke keluarga atau teman terlebih dahulu. Setelah membuat Bank Statement, nanti uangnya bisa kalian kembalikan lagi. Ini juga yang saya lakukan, sehingga dapat terkumpul dana sebesar 1 Miliar di rekening saya. Saya juga menggunakan 2 rekening, yaitu dari BCA dan Bank Mandiri. Jangan kuatir, mereka tetap menerima 2 bank statement. Nah, triknya adalah, kalian bisa pinjam misalnya 500 juta yang dimasukkan ke BCA lalu membuat Bank Statement, lalu dana tersebut dikirim ke Bank Mandiri dan buatlah bank statement dari Mandiri. Jadi kalian tidak perlu meminjam sebanyak 1 Miliar sekaligus dalam 1 rekening. Jadi untuk memproses dokumen imigrasi ini, lampirkan Letter of Guarantee dari sponsor, Afidavit of Support, dan juga Bank Statement. Setelah melalui proses financial review kembali dan disetujui oleh pihak universitas, maka selanjutnya kalian akan dibuatkan dokumen imigrasi yang bernama I20 untuk apply F visa, dan DS2019 untuk apply J Visa. Karena pihak beasiswa meminta agar saya diberi J visa, maka saya mendapatkan dokumen DS2019. Tidak hanya saya, tetapi juga dependen saya atau keluarga saya yang berjumlah 3 orang. 2. Mengirimkan dokumen imigrasi ke alamat di Indonesia Karena DS2019 ini dibutuhkan dalam proses mendapatkan visa dan harus aslinya, maka nanti kita diminta universitas untuk memproses pengirimannya melalui website yang mereka rujuk. Mungkin setiap universitas bisa berbeda ya. Setelah memesan dokumen apa yang kita inginkan untuk dikirim dan menulis alamat kita di Indonesia, kita akan diarahkan untuk membayar biaya pengiriman tersebut melalui beberapa provider shiping seperti DHL atau FedDex. Biayanya sekitar 90$ dan gunakan Credit Card untuk pembayarannya ya. Kalau tidak ingin membayar, kalian bisa menggunakan layanan pengiriman reguler, namun sampai di Indonesia bisa dalam hitungan 2 - 3 bulan. Jika menggunakan pengiriman express ini, hanya butuh 1 minggu saja. Nah, setelah itu kalian bisa konfirmasi ke pihak universitas jika kalian sudah membayar jasa pengiriman tersebut, agar dokumen kalian dipersiapkan sebelum di pick up. 3. Mendaftar penjadwalan untuk wawancara visa Setelah kalian mengetahui jika dokumen DS2019/I20 kalian sudah diterbitkan, kalian bisa meminta nomor SEVIS ID kalian atau keluarga kalian melalui email.Ini dimaksudkan untuk mempersingkat waktu, jika kalian tidak memiliki waktu banyak sebelum kalian berangkat ke Amerika. Dalam kasus saya, saya harus berangkat di bulan Desember, namun hingga pertengahan November masih belum mendapatkan informasi tentang DS2019 saya. Begitu mendapatkan informasi di tanggal 17 November, saya segera melakukan proses pendaftaran visa. Berikut ini adalah langkah-langkah yang bisa kalian lakukan sekalian menunggu DS2019 kalian datang ke rumah: a. Create an account on the CGI website. Bikin akun dulu ya. - https://cgifederal.secure.force.com/ApplicantHome b. Select the city where do you want to take a visa interview. Pilihannya cuma 2, yaitu di Jakarta atau di Surabaya c. Pay the visa fee - https://www.ustraveldocs.com/id/id-niv-paymentinfo.asp. Bayar visa ini di Bank CINB Niaga dengan biaya 160$/orang. d. Pay the sevis fee at fjmfee.com. Form I901 ini dibayarnya pakai Credit Card aja ya. Jangan lupa di print recipt nya. e. Completing DS160 form - https://ceac.state.gov/GenNIV/Default.aspx; setup security question for retrieving application. Hafalkan nomor ID DS160 kalian juga ya. f. Back to CGI and complete all. Pilih Sceduled appoinment untuk menjadwalkan waktu wawancara dan masukkan informasi seperti SEVIS IS, VIRTUAL ACCOUNT number g. Interview. Jangan lupa bawa semua berkas seperti bukti bayar SEVIS FEE, DS160 PAYMENT, DS2019, foto 5x5, dan lain-lainnya. h. Pay the reciprocity fee Itulah kira-kira langkah-langkah yang harus kita lakukan dalam memproses visa study kita ke Amerika. Untuk penjadwalan, dari pengalaman saya, saya menyelesaikan mengisi form DS160 selama 2 hari, sambil menunggu verifikasi pembayaran DS160 selama 1 x 25 jam. Saya membayar pada tanggal 21 November 2022 jam 1 siang di Bank Niaga, dan baru bisa melakukan penjadwalan di tanggal 22 November 2022 jam 2 siang. Kebetulan saya mendapatkan 4 slot terakhir di tanggal 29 November 2022 jam 9 pagi. Menurut teman saya, sepertinya ada jalur khusus untuk pelajar jika ingin membuat visa ke Amerika, sehingga waktu tunggu untuk dapat melakukan wawancara visa tidak terlalu lama seperti jika kita harus mengurus visa turis. Namun jangan jadikan ini patokan ya, kalau bisa rencanakan waktu yang cukup dalam meng apply visa ke Amerika, sesuai dengan kebutuhan kalian. Demikian pengalaman saya, nanti jika ada waktu, saya akan menulis kembali tentang kelanjutan dari perjuangan mendapatkan visa ini. Doakan saya berhasil ya... #VisatoUS #Disability #BlindScholar

Thursday, November 10, 2022

10 Hal Yang Perlu Kamu Ketahui Saat Mengirim Pesan ke Tunanetra Lewat Ponsel

Etika Berkomunikasi dengan Penyandang Tunanetra melalui Aplikasi Pesan Dengan semakin majunya teknologi, saat ini penyandang Tunanetra juga bisa mengakses informasi dan berkomunikasi dengan mudah. Salah satu media komunikasi ini seperti WhatsApp, Facebook Messenger, Telegram, dan lain sebagainya. Namun ada beberapa hal yang kadang orang awas tidak memperhatikan saat mereka berkomunikasi melalui platform-platform tersebut. Misalnya dalam sebuah grup WhatsApp, kita kadang lupa jika ada anggota grup yang merupakan penyandang Tunanetra, dan mengirim pesan seperti pesan kepada orang-orang awas pada umumnya. Akibatnya, si penyandang disabilitas Tunanetra tersebut akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi yang sama seprti anggota grup lainnya. Nah, ini hanya contoh saja. Masih banyak bentuk diskriminasi lain yang tidak kita sadari. Oleh karena itu, yuk kita pahami beberapa etika dalam berkomunikasi dengan penyandang Tunanetra melalui platform digital. Beberapa hal yang perlu kamu perhatikan saat berkomunikasi dengan penyandang Tunanetra melalui pesan teks di hanphone kamu 1. Jangan disingkat Memang enak menggunakan singkatan ketika menulis pesan, karena bisa mempersingkat waktu dan tidak perlu capek-capek mengetiknya di keyboard handphone yang super kecil. Misalnya, Saya menjadi Sy, Mbak menjadi Mb, Mungkin menjadi Mgkn, Tidak menjadi Tdk, dan lain-lainnya. Contoh dalam kalimat misalnya: “Kmrn sy sdh kirim psn lwt wa tp tdk d respon sm org nya.” Sayangnya, hal ini akan mempersulit Tunanetra dalam memahami pesan yang dikirim tersebut. Ini dikarenakan software pembaca layar hanya membacakan teks sehingga kata atau kalimat yang terdengar tidak akan dapat dipahami dengan mudah. Akibatnya, si Tunanetra akan menggunakan fitur pembaca karakter dan membacanya per huruf agar bisa dipahami, namun ini membutuhkan waktu dan menjadi tidak efisien bagi Tunanetra dalam mengakses informasi. Jadi jangan disingkat saat menulis pesan untuk penyandang Tunanetra. Misalnya, pada contoh kalimat di atas, seharusnya ditulis: “Kemarin saya sudah pesan lewat WA tapi tidak direspon sama orangnya.” 2. Gunakan simbol angka dengan baik Masih berkaitan dengan aturan pertama, disarankan untuk tidak menggabungkan antara huruf dan angka jika tidak sesuai kegunaannya. Misalnya, Sama-sama lebih baik daripada Sama2 3. Hindari mengirim gambar yang tidak disertai deskripsi dari gambar tersebut Biasanya kita ingin berbagi gambar dengan komunitas kita dengan mengirim gambar atau video di grup sosial media dimana kita tergabung. Sayangnya, kita sering lupa untuk memberikan keterangan tentang gambar atau video apa yang kita kirimkan. Sehingga anggota grup yang merupakan penyandang Tunanetra tidak dapat memahami informasi yang kalian bagikan. Tidak perlu panjang lebar, namun bisa memberikan gambaran tentang foto atau video tersebut. Contoh deskripsi, Foto bersama anggota tim di hotel X, di ruang Z. 4. Berbagi Poster/Flyer Selain foto dan video, kadang kita juga sering berbagi poster atau flyer sebuah kegiatan. Terkadang hanya ada foto dari poster tersebut tanpa ada keterangan lain. Kadang ada poster yang sudah dilengkapi close caption terkait isi dari poster tersebut. Yang pertama tentu tidak dapat diakses oleh teman-teman Tunanetra. Sedangkan yang kedua, bisa diakses dengan baik, namun sayangnya tidak dapat dibagikan ke grup Tunanetra lainnya. Hal ini dikarenakan biasanya poster dengan close caption tersebut saat di bagikan, maka close captionnya akan menghilang, sehingga hanya tersisa gambar poster itu saja. Sarannya, pisahkan antara gambar poster dan deskripsi/narasi dari poster tersebut. Sehingga ada 2 pesan yang kamu kirimkan. 5. Mengirim dokumen Saat kalian mengirimkan dokumen, perhatikan jenis format dari dokumen tersebut. Hindari format dokumen yang tidak aksesibel seperti format PDF jpg atau hasil scan. Gunakan format seperti PDF OCR, Word document, atau TXT file. Perhatikan juga dokumen-dokumen yang berisi tabel seperti Excel file. Intinya perhatikan aksesibilitas dokumen jika ingin mengirimkannya kepada penyandang Tunanetra. 6. Penggunaan icon emoji dalam bentuk Stiker Sampai saat ini, screen reader belum dapat membaca fitur Sticker . Memang lucu-lucu dan menarik jika kita bisa menggunakan icon tersebut. Namun sangat tidak membantu bagi Tunanetra dalam memahami informasi yang kalian berikan. Lebih baik di tulis atau gunakan icon emoji yang basic yang biasanya tersedia di dalam platform atau aplikasi kalian. 7. Penggunaan VoiceNote Ini merupakan hal yang sangat umum bagi penyandang Tunanetra dalam mengirimkan pesan. Selain mudah, si Tunanetra dapat mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan dengan durasi yang cukup lama. Dalam menjawab pesan VoiceNote ini, kalian bisa memilih membalasnya dengan VoiceNote juga, atau menggunakan teks saja. Keduanya bisa diakses dengan sama mudahnya oleh penyandang Tunanetra.Hal yang mungkin perlu diperhatikan adalah durasi dari VN ini. Pastikan jangan terlalu panjang, apalagi membahas hal yang tidak penting. Durasi 3 - 4 menit sudah bisa dikatakan cukup panjang. 8. Penggunaan tanda baca Hal ini sebenarnya tidak terlalu krusial. Namun pada situasi atau kondisi tertentu, kalian mungkin perlu mempertimbangkannya. Misalnya dalam menggunakan tanda baca - (tanda hubung), daripada menulis 3 - 4 minggu, bisa ditulis 3 hingga 4 minggu. Hal ini dikarenakan beberapa screen reader tidak di atur untuk membaca tanda baca. Alasannya karena jika tanda baca dibaca, maka semua tanda baca seperti titik, koma, garis miring dan lain-lainnya juga akan terbaca saat screen reader membaca sebuah kalimat atau paragraf. Hal ini bisa membuat kesalahpahaman dalam memahami sebuah informasi. 9. Jeda waktu membalas pesan Saat berkomunikasi dengan teman Netra, jangan berharap jika ia akan membalas pesan kalian dengan cepat. Tidak semua penyandang Tunanetra memiliki kemampuan yang sama dalam hal mengetik. Ada yang bisa mengetik dengan cepat dan ada yang lambat. Berikan jeda waktu baginya untuk membalas pesan kalian. Dan jika ia merasa apa yang hendak disampaikannya cukup banyak, biasanya ia akan menggunakan fitur Voice Note. Namun jika ia menggunakan aplikasi melalui komputer, misalnya WhatsApp for Desktop, maka bisa jadi ia akan dapat membalas pesan dengan teks yang panjang. 10. Berbagi tautan Ini juga tidak terlalu penting, namun pastikan tautan atau link yang kalian bagikan dapat di klik ya. Ini akan memudahkan penyandang Tunanetra dalam mengakses sebuah tautan. Jika tidak bisa di klik pun kami masih bisa meng copy tautan tersebut dan membukanya melalui browser. Ini hanya soal membantu memudahkan saja. Selain itu, jika ingin berbagi tautan meeting seperti Zoom atau Meet, bisa juga disediakan link nya langsung tanpa ada link-link lain di dalam pesan kalian. 11. Panjang pesan Ini aturan tambahan aja ya. Perhatikan panjangnya pesan yang kalian kirim. Biasanya kita membagikan sebuah pesan yang mengandung beberapa paragraf atau hanya satu paragraf, namun pesan menjadi sangat panjang. Jika memungkinkan, jadikan 1 pesan yang panjang tersebut menjadi beberapa bagian yang lebih pendek. Hal ini sangat membantu teman Tunanetra, terutama saat membaca sebuah pesan yang sangat panjang. Saat Screen Reader membacakan sebuah pesan yang sangat panjang, dan ada notifikasi pesan lain yang masuk, maka Screen Reader akan berhenti membacakan pesan tersebut, dan membacakan notifikasi yang masuk. Akibatnya, si Tunanetra harus mengulang membaca pesan tersebut. Jika hal ini terjadi berulang-ulang, maka ini akan menghabiskan waktu si Tunanetra hanya untuk membaca 1 pesan saja. Sangat tidak efisien. Itulah beberapa hal yang perlu kalian perhatikan saat mengirimkan pesan kepada penyandang Tunanetra melalui platform digital. Tentu saja ada hal-hal lain yang perlu ditambahkan dan saya berharap teman-teman Tunanetra juga bisa ber comment dalam memberikan masukan. Bagi teman-teman awas, semoga sharing pengalaman ini bisa membantu kalian dalam memahami cara berkomunikasi dengan penyandang disabilitas dan lebih meningkatkan kesadaran kalian tentang kebutuhan komunikasi dari penyandang Tunanetra serta tidak melakukan kesalahn dalam memberikan informasi.

Wednesday, November 2, 2022

Alasan Orang Ogah Kuliah di Amerika

Apa sih alasan kalian ogah kuliah di Amerika? Dari banyak ngobrol dengan teman-teman atau kolega, ada beberapa hal yang mungkin bisa menjadi alasan mereka tidak memilih Amerika sebagai tujuan studi. 1.Takut mati AS dikenal salah satunya karena kebijakan senjata legalnya. Artinya warga sipil bisa memiliki senjata dengan legal. Di tambah berita tentang penembakan massal yang terjadi, maka muncullah alasan yang satu ini. Takut mati konyol karena kena peluru nyasar. Ayo ngaku, kamu juga mikir gini kan? Padahal, sebenarnya kalau soal mati, dimana aja, kapan aja, dan dengan cara apa aja, kalau waktunya kita mati ya mati aja. Ga usah nunggu ke Amerika, lha wong di Indonesia aja juga banyak penembakan. Gimana kabar Brigadir J tuh? Atau kasus penembakan lainnya? Ayo coba pikirkan lagi. 2.Jauh Nah, karena lokasi Amerika ini berada di balik negara kita atau di balik bumi nusantara, jadi kebayang jauhnya. Naik pesawat aja ada lho yang sampe butuh 2 hari nyampe lokasi. Tua di jalan gak tuh? Tapi ada juga kok yang 1 harian aja. Dan ini pake transit dulu lho ya. Kan lumayan, misal transit di Narita Airport di Jepang, bisa tuh kalian jalan-jalan dulu di Tokyo hehehe… Foto-foto buat menghiasi Instagram kita kan lumayan tuh. Atau icip-icip makanan jepang yang asli juga boleh.Intinya, perjalanan mah dinikmati aja. Nah, mungkin masalahnya, karena jauh, mungkin selama kita studi, kita tidak bisa pulang semau kita, kecuali anda anak raja minyak hehehe… Dan sebaliknya keluarga kita tidak bisa mengunjungi kita. Kebayang dong, sendirian tanpa keluarga.. Eh tapi yang bisa bawa keluarga ya lumayan lah ada support systemnya. Di Amerika juga banyak imigran dengan nasib yang sama, so jangan khawatir sebenernya. Komunitas Indonesia di belahan bumi manapun pasti guyub. 3. Mahal Amerika memang terkenal dengan biaya pendidikan yang sangat mahal. Dan tidak hanya Indonesia, tapi juga dari beberapa negara lain pun jadi mikir dua kali kalo mau kuliah di Amerika. Sekali lagi, kalo Anda anak bang Hotman Paris, ya mungkin no problem hehehe… buktinya banyak juga lho anak-anak konglomerat atau pejabat Indonesia yang kuliahnya di negara ini. ELalu buat kita yang buat beli bakso aja ngutang gimana dong? Tenang, kan ada banyak beasiswa yang ditawarkan, seperti LPDP dan Fulbright. Banyak juga beasiswa dari universitas atau program-program seperti assistenship dari fakultas yang bisa dicoba juga. Selain beasiswa prestasi, kalian juga bisa pilih beasiswa atlet, social work, culture, student exchange, dan lain-lainnya. Cuma ya agak butuh usaha untuk mendapatkan beasiswa ini hehehe… Selain itu, biaya hidup, asuransi, dan bahkan tiket pesawatnya sangat muahaaall coy. Emang butuh dana lebih sih kalo mau berangkat ke Amerika, tapi insyaallah nanti bisa dapat gantinya kalau kita diijinkan bekerja di sana.. 4. Susah dan Sulit Admisinya Menurut saya pribadi, dulu masuk ke universitas di Australia kok gak terlalu sulit ya? Eh, begitu nyoba daftar ke universitas di Amerika… begitu syulitt…hahaha Pertama ada tes GRE/GMIT atau tes terstandard lainnya. Lha wong TPA aja nilai pas-pasan, apalagi ini? Ayo ngaku, kalian males masuk ke universitas di Amerika karena ada persyaratan ini kan? Udah tesnya mahal, nggak aksesibel buat Tunanetra, pakai bahasa inggris yang lebih sulit dari tes bahasa pula. Sebenernya, kita bisa mempersiapkan diri dengan belajar tes GRE/GMIT terlebih dahulu sebelum ambil tes ini. Tips lainnya, ya cari aja universitas yang tidak mensyaratkan GRE dalam admisi, selesai. Kedua, tes TOEFL. Kalau di Amerika, biasanya minta TOEFL IBT atau PBT. Sayangnya tes ini juga kurang aksesibel bagi Tunanetra. Namun kamu bisa pakai tes IELTS untuk menggantikannya. Ketiga, saingan banyak. Yang ingin masuk ke program pilihanmu bisa jadi dari seluruh dunia dan ini membuat kompetisi semakin syulit. Tips nya ya percaya diri aja, buktikan orang Indonesia juga pinter-pinter kok. Keempat, belum tentu kamu yang sudah memiliki biaya sendiri maupun beasiswa, bisa diterima oleh Admission Committee. Hal ini dikarenakan ada banyak dokumen yang harus kamu persiapkan dengan baik, seperti Personal Statement, CV, Writing Sample dan Recommendation Letter. Seeinget saya waktu daftar ke universitas di Australia kok nggak perlu seribet itu ya? Yang penting ada supervisor yang mau nerima kamu, kelar dah masalahmu. Tapi tidak dengan universitas di Amerika. Tapi jadi tahu kan siapa yang pejuang tangguh hehehe…. Maju tak gentar lah 5. Rasis Ada yang takut juga dengan isu rasisme di Amerika.Banyak juga cerita-cerita tentang islamofobia. Yah, mungkin saja memang ada oknum yang rasis di sana dan di sini hahaha… Rasisme bisa muncul dimana saja kok. Jadi sebenernya ini bukan alasan. Buktinya banyak juga mahasiswa dari negara-negara Islam yang kuliah di Amerika. Selain itu, untuk menghindari masalah dengan isu rasisme ini, bisa juga kalian pilih negara bagian yang penduduknya lebih ramah terhadap orang-orang non-Amerika.Dan cari universitas apa yang tersedia di state itu. Bisa juga tanya-tanya mahasiswa atau alumni yang sudah lulus dari universitas di Amerika untuk lebih pastinya. 6. Sekolahnya Lama Kalo ini sih sebenarnya khusus untuk program PhD atau Doktoral. Kalo level Master kayaknya standard aja waktunya. Lha kalo PhD? Emang sih kalo dibandingkan dengan PhD di negara maju lainnya, seperti Australia, UK, atau Eropa, bisa dikatakan waktu yang dibutuhkan bisa lebih lama. Banyak cerita dan juga pernyataan langsung dari akademisi di Amerika jika waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan program PhD adalah sekitar 5 hingga 7 tahun. Faktanya, ada lho yang bisa menyelesaikan PhD di Amerika hanya dalam waktu 3 hingga 4 tahun saja. Tergantung niat dan kekonsistenan kamu dalam mengejar target. Nah, apakah ketakutan kita untuk memilih studi di Amerika sebenarnya hanya lah berdasarkan asumsi belaka? Karena kita hanya mendengar dan melihat saja, tapi tak pernah merasakannya secara langsung. Kalau menurut kalian apa alasan orang ogah kuliah di Amerika? Coba comment di bawah ya. Pada akhirnya, pilihan tempat studi memang tidak bisa kita tentukan. Kita hanya bisa bermimpi dan berusaha. Coba berbagai beasiswa dan coba berbagai negara tujuan, entah kita akan mendarat di mana. Apalagi untuk program PhD, kalian memilih supervisor bukan universitas. Dimanapun dia, disanalah kalian harus belajar. By the way, tulisan ini hanya opini pribadi penulis ya. Jika ada kesalahan atau kata-kata yang menyinggung, saya mohon maaf lahir dan batin. Semoga apa yang saya tulis dapat membantu kalian penyandang disabilitas lain yang juga ingin meraih mimpi yang sama seperti saya. The American Dreams. See you in the next topics. Bye and thanks for reading! #BlindScholar #TunetNekat #AkuBisa #StudyinUS #Tunanetra #StudidiAmerika