Friday, December 4, 2015

Pre Departure Training (2)

Friday, 4th December 2015

Hufff... Finally, after a few months, now I could start to write my blog again...

Saya mulai dengan aktivitas apa saja yang saya lakukan selama berada di Bali. Pada dasarnya Training di IALF Bali, sebuah tempat English Course terkenal di Denpasar, adalah untuk mempersiapkan saya dalam menghadapi tes IELTS dan juga EAP (English for Academic Purpose) yang bertujuan untuk mempersiapkan saya dalam menghadapi cara belajar di Australia (biar ga terlalu kaget dengan perbedaan cara belajar di OZ hehehe..:))

Durasi training yang akan kita jalani ini tergantung dari hasil nilai tes IELTS pada saat kita masuk tahap seleksi ke- 2 (bersamaan dengan JST). Jika total band kita kurang dari 6 / 5.5, kemungkinan besar Anda akan berada di IALF selama 9 bulan. Sedangkan jika band Anda sama dengan 6 / 5.5, maka Anda akan training selama 6 bulan. Dan jika lebih dari itu, durasinya lebih pendek. Memang ini bukan suatu yang pasti, tetapi setidaknya Anda bisa mempersiapkan diri.

Saya kebetulan harus menylesaikan PDT dalam waktu 6 bulan. Note : Menurut aturan baru yang dikeluarkan oleh AAI (2015), jika nilai IELTS Anda tidak mencapai persyaratan (6.5), maka Anda akan diberi kesempatan untuk re-take IELTS 1 kali dengan biaya sendiri. Jika masih belum memenuhi target, maka Anda diwajibkan untuk ikut PDT kembali selama 3 bulan.(Silahkan menikmati Bali sampai bosan  hehehe...)

Good news nya, Anda akan tetap mendapatkan Living Allowance selama PDT dan yang sudah lolos pun juga masih mendapat Allowance sampai Departure Time. The Bad consequence from this issue is you will be feel so embarrassed with IALF;s staff include your teachers. Bagaimana tidak, hal ini menunjukkan jika teachers Anda gagal meng-improve skills Anda dan ini akan sangat mengecewakan mereka :(... 

Therefore, jika kemampuan bahasa Inggris Anda tidak cukup baik, maka Anda sebaiknya menganggap PDT ini serius dan jangan terlena dengan keindahan Bali :P. Menggutip sedikit dari Ce Popon plus sedikit improvisasi, Anda harus melakukan 4B, namely  Belajar Keras, Belajar Cerdas, Belajar Ikhlas dan Belajar Tuntas. Intinya belajar, belajar dan belajar. Tapi kalau ada waktu senggang, dan Anda sedang tidak banyak homework, sebaiknya luangkan waktu Anda untuk menikmati tempat-tempat wisata di Bali.(relax bro, biar kepala Anda tidak pecah dan pikiran anda bisa segera fresh lagi). 





For me, IALF is the best place to develop your English skills. I miss this place.....

By the way, sekian dulu opening dari saya. Saya mau solat maghrib dulu. See you guys!

Saturday, May 9, 2015

Pre Departure Training (@denpasar, Bali)

The First Week

Sunday, May 3, 2015

Saya tiba di Denpasar sekitar jam 7 pagi WIB (Waktu Indonesia bagian Bali), namun saya masih harus berputar-putar mengantarkan penumpang lain. Yup, saya menggunakan transportasi darat,, travel, untuk membawa saya ke Bali. Sebenarnya saya sudah datang ke Denpasar 1 minggu sebelum AAS opening ceremony yang dilaksanakan tanggal 27 April 2015 di IALF Bali. 

Ini tips yang sangat berguna dari saya: Datanglah 1 minggu sebelum jadwal yang ditentukan agar kalian dapat dengan mudah mendapatkan tempat kost yang dekat dengan IALF. Note: Tips ini hanya berlaku untuk kalian AAS applicant yang dapat EAP selama 6 bulan, karena jika anda adalah 4 month and 9 month EAP students, maka siapkan kaki anda karena anda akan berjalan agak jauh atau anda harus merogoh kocek lebih dalam untuk menyewa motor. Di Bali anda akan sedikit kesulitan untuk mendapatkan angkutan umum. Sewa motor selama 1 hari berkisar antara 40-50 ribu dan sekitar 500-600 ribu untuk 1 bulan.

Tanggal 19 April 2015 saya berangkat dari bandara Juanda, Sidoarjo, menggunakan maskapai Citilink. Pesawat berangkat jam 13.00 WIB dan sampai di bandara Ngurah Rai, Denpasar sekitar jam 15.00 WITA. Waktu yang dibutuhkan hanya sekitar 45 menit dari Surabaya ke Denpasar.  Jangan lupa waktu di Bali adalah 1 jam lebih cepat daripada di Jawa. Tiket pesawat SUB-DPS sekitar 450-600 ribu tergantung maskapai dan waktu berangkat.

Saya dijemput oleh teman saya (sebaiknya anda punya kenalan teman atau keluarga di Bali untuk memudahkan anda bermobilisasi dan beradaptasi dengan Bali). Teman saya yang mengantar dan membantu saya untuk mengurus semua keperluan saya di Bali. Saya mendapatkkan tempat kost tepat di seberang depan IALF. Tempatnya bersih dan yang pasti deket dengan IAKF sehingga saya tidak perlu dana tambahan untuk transportasi. Satu-satunya yang membuat saya tidak nyaman tentang tempat kost ini adalah tetangga kamar yang preety annoying kind. Pemilik kost ini bernama Pak Ktut, per bulan saya harus membayar 900 ribu untuk sewa kamar dengan fasilitas kasur, meja belajar, lemari, dapur dan kamar mandi dalam. TV? anda harus menambah 30 ribu jika anda ingin membawa TV anda. Anda dapat menemukan beberapa warung halal di sekitar kost ini (untuk yang muslim), mini market, ATM juga ada. Oh ya lokasi kost saya ada di Jl. Raya Sesetan 275, Denpasar selatan.

Ok, saya lanjutkan cerita di tanggal 27 April, ups... It's my birthday! Happy birthday Tommy :)
Saya datang terlambat pada acara pembukaan, tetapi paling tidak saya tidak terlambat pada saat coffee break hehehe.... Setelah acara pembukaan selesai, kami lamjutkan building tour melihat semua fasilitas yang ada di IALF Bali. Tempat ini lebih besar dan luas daripada di IALF Surabaya.   What a great place. Saya bertemu dengan teman-teman lain yang hampir semuanya verasal dari daerah Indonesia Timur seperti NTT, NTB, Sulawesi, Kalimantan dan Papua. Dari Jawa Timur hanya ada 2 orang termasuk saya dri sekitar 22 orang peserta EAP 6 month. Guru kelas saya ada 2, Mark and Nick, both are native speakers.

Minggu ini cukup berat bagi saya karena saya harus beradaptasi dengan cara belajar di sini. A lots of task, tetapi saya juga berusaha mengatasi keterbatasan mata yang saya alami agar dapat mengikuti materi yang di berikan. So far, saya harus lebih giat lagi dan banyak belajar secara mandiri.

Tanggal 1 Mei, Sabtu adalah hari libur. Saya masuk kelas hanya dari hari Senin sampai dengan Jumat, Sabtu Minggu is a holiday. Saya bersama teman-teman pergi ke beberapa tempat wisata di Ubud dan Kuta.We were visited a lot of fascinating place such The Monkey Forest, Gua Gajah, Tegalalang, dan Pandawa Beach seharusnya jadi tujuan terakhir kami, tetapi karena hujan di hari itu tak kunjung mau berhenti, akhitnya kami melanjutkan perjalanan kami ke Kuta Beach and the Beachwalk.

What a great holiday! but... a lot of homework i have to do right now. See you all guys on the next holiday! :)

Friday, March 27, 2015

First Step - Part 2

My IELTS Test

Saya mendatangi IALF Surabaya yang berada di Jl. Sumatra No. 49, dekat dengan stasiun Gubeng dan Hotel Sahid. Jarak dari rumah saya tidak terlalu jauh, hanya sekitar 20 menit dengan motor dan tanpa ngebut hehehe.... Sesampainya di sana, saya bertemu dengan receptionist nya dan mengutarakan majsud kedatangan saya untuk mendaftar tes IELTS. Saya juga menceritakan tentang kondisi saya dan mereka dapat menerimanya. Bagi penyandang disabilitas seperti saya, untuk sign up IELTS test, saya harus mendaftar 3 bulan sebelumnya. Berbeda dengan orang awas yang dapat mengikuti tes tanpa persyaratan waktu. Saya meminta petugasnya untuk membantu saya mengisi form.

Hal ini dikarenakan mereka harus mempersiapkan tes yang sesuai dengan kondisi saya dan mengkonfirmasikannya dengan pusat (Cambridge, England). Saya memilih tanggal 28 Juni 2014 sebagai tanggal tes karena saya tidak punya pilihan lain. Saya harus segera mengirimkan berkas-berkas aplikasi AAS sebelum 14 Juli 2014. Biaya tes ini cukup mahal yaitu sekitar US$ 190 atau sekitar 2,3 juta rupiah waktu itu. Jadi, bagi yang berencana mengambil tes IELTS, saran saya : NIAT dan MODAL.

Beberapa hari kemudian saya dihubungi oleh IALF Surabaya dan diminta untuk menghadap Mr. Alex. Setelah bertemu dan berbicara dengan Mr. Alex (yang kebetulan native speaker), yang mengharuskan saya menjelaskan tentang kondisi saya dalam bahasa inggris. Luckly, he can understand every word that came out from my mouth :)) Intinya, Mr. Alex meminta saya untuk mengikuti placement test (tes ini digunakan untuk melihat tingkat kemampuan bahasa inggris anda) dan agar Mr.Alex dapat mengetahui kesulitan apa yang saya hadapi saat tes.

Placement Test ini saya ikuti dengan membayar sekitar 200 ribu rupiah. Beberapa hari setelah pertemuan dengan Mr. Alex, saya kembali ke IALF untuk mengikuti placement test. Saya lupa jam berapa saya mulai, tetapi tes itu dimulai dari pagi hari. Tes ini dikondisikan seperti tes IELTS dalam situasi sesungguhnya dan bentuk tes yang sama. Karena ini tes IELTS pertama saya, saya agak grogi namun tetap santai. Karena dikondisikan seperti aslinya, maka tidak ada perlakuan khusus bagi saya. Saya masuk dalam sebuh kelas, dan saat tes hanya ada saya dan satu orang pengawas tes. Tes dimulai dengan Listening, Reading kemudian Writing. Setelah selesai saya diminta untuk bertemu dengan Mr. Alex dan ia mengajak berbicara dalam bahasa inggris yang ternyata masuk dalam tes Speaking. Ia bertanya tentang kesulitan-kesulitan saya dalam mengerjakan tes dan ia juga memberi gambaran tentang hasul tes saya.

Menurutnya hasil tes saya sekitar 5-6 (Total Band). Dan ia bertanya berapa kira-kira target yang ingin saya capai. Karena untuk mendaftar AAS hanya dibutuhkan IELTS 5, maka saya menjawab 5.5 sebagai target (tidak terlalu berharap tinggi karena tes nya susah :) ). Mr. Alex memberi saya masukan dan meminta saya untuk mengikuti IELTS Preparetion yang ternyata cukup mahal. Sekitar 3-4 juta rupiah untuk 6 weeks (kalauu tidak salah). Saya akhirnya memutuskan tidak mengikuti preparetion karena tidak ada biaya dan memutuskan untu belajar secara mandiri melalui internet. Setidaknya saya sudah mengetahui bentuk tes IELTS dan ini hal yang penting. Jangan maju berperang tanpa mengetahui medan perang.



 The test's day has come. June 28, 2014 start at 8 am. Saya datang sebelum jam 8 di IALF, dan di sana sudah berkumpul banyak orang yang juga akan menjalani tes IELTS. Saya adalah satu-satunya peserta penyandang disabilitas yang mengikuti tes di hari itu. Setelah melakukan registrasi dan menitipkan semua barang bawaan, saya hanya mengambil pena, kaca mata, video magnifier dan pinsil untuk berjaga-jaga kalau di butuhkan (anda tidak diperbolehkan membawa barang apapun selain yang diminta oleh panitia tes). Satu per satu dipanggil masuk untuk registrasi kembali di dalam (virokrasi tes ini cukup ribet), dengan maksud untuk menjaga keamanan tes.



"Tommy....", terdengar nama saya dipanggil. Saya segera memasuki sebuah ruangan dan petugas meminta tanda pengenal saya untuk kemudian di masukkan dalam komputer. Setelah itu saya di foto dengan menggunakan webcam dan memasukkan data sidik jari saya. Setelah itu petugas memberi tahu saya nomor ruang tempat saya menjalani tes. Ruuangan itu berada di belakang pojok. Hanya ada 1 meja dan 2 kursi saling berhadapan dan ada layar proyektor yang menyala. Seoramh [etugas datang dan meminta saya meletakkan ID Card saya di depan. Ia menjelaskan prosedur tes dan menjelaskan beberapa penyesuaian tes.

Yup, tes ini telah di sesuaikan dengan kondisi saya sebagai tunanetra low vision. Saya di berikan extra time pada semua tes dan tetap menggunakan lembar soal seperti yang diberikan pada orang awas (tidak di ubah ke dalam bentuk Braille karena saya masih dapat melihat dan saya tidak bisa membaca hirif Braille). Di mulai jam 8 tepat, saya memulai tes dengan Listening, Reading dan Writing section. Saya menyelesaikan semua tes tersebut dalam waktu yang cukup lama dan saya baru keluar ruangan sekitar jam 2 siang. Tempat itu sudah tidak seramai tadi karena sebagian besar peserta tes sudah pulang. Mungkin saya adalah peserta terakhir.

Seperti apa tes IELTS itu dapat anda tanyakan pada mbah Google :) Salah satunya dapat di baca di sini.

Saya menunggu beberapa saat di dalam ruangan perpustakaan yang cukup nyaman. Perut sudaah mulai berbunyi tanda lapar. Saya baru ingat kalau tadi pagi sampai saat itu saya belum makan apa-apa. Lapaarrr.... :( Tak berapa lama, saya diminta masuk ke dalam sebuah ruangan dan di dalam sudah ada seseorang (bule) yang ternyata akan menguji Speaking section. Tes ini hanya berlangsung sekitar 10 menit dan saya bisa pulang.

What a day.... i'm really tired. Semoga saya bisa mendapat nilai sesuai target saya. Aamiin. 

Sunday, March 22, 2015

First Step - Part 1

Preparation

"Apa yang selanjutnya harus saya lakukan?"
Saya merasa benar-benar awam soal beasiswa ini karena saya belum pernah apply scholarship sebelumnya. Dan saya juga tidak tahu harus bertanya pada siapa.

Saya memulainya dengan membuka website AAS di internet, membaca sebagian besar penjelasan mengenai AAS dan juga membaca beberapa artikel di blog-blog para alumni AAS yang cukup banyak bertebaran di internet. Selain itu saya juga banyak bertanya pada teman ayah saya, Prof. Loekito, owner of the IDP Australia Malang, tentang beasuswa ini.

Hasil dari pengumpulan data adalah syarat mendaftar AAS. Daftar AAS dapat dilakukan dengan 2 cara, online dan melalui pos (hardcopy). Saya memilih hardcopy. Selain mengisi Application Form, syarat berikutnya adalah menyertakan dokumemn pendukung sebagai berikut :
  • copies of birth certificate or equivalent;
  • proof citizenship i.e. KTP or your passport personal information pages;
  • current Curriculum Vitae;
  • official (certified*) post-secondary and tertiary certificates/degrees;
  • official (certified*) post-secondary and tertiary transcripts of results;
  • current (original) IELTS or TOEFL English language test results (a test result obtained in 2014 or 2015 will be considered  current). The TOEFL prediction test is NOT accepted;
  • Masters applicants must also attach certified DIII degree certificate/transcript if using DIV or S1 extension certificate/transcript;
  • Doctorate applicants must also attach certified S1 degree certificate/transcript;
  • academic reference from S2 supervisor for Doctorate candidates; and
  • Doctorate and those Masters applicants whose study will include at least fifty percent research must fill the research proposal details on the application form.
 (sumber : www.australiaawardsindonesia.org)

Awalnya, saya mendownload Application Form dari www.australiaawardsindonesia.org. Setelah itu saya mengikuti saran dari Prof. Loekito untuk mengambil kursus di tempatnya. Tujuannya adalah untuk membimbing saya dalam pengisian Application Form, karena formulir ini adalah salah satu kunci keberhasilan saya dalam menembus AAS. Saya mengambil kursus selama 1 minggu dengan 1 kali pertemuan dalam satu hari. Oh ya, biaya kursus di IDP Australia Malang ini berkisar antara 500-600 ribu tergantung kebutuhan. Saya tidak tahu pasti biayanya karena Prof. Loekito selalu mengembalikan uang saya alias saya kursus gratis :)

Sebelum kursus di mulai, saya menceritakan kondisi keterbatasan saya dan maksud saya untuk mengikuti program AAS pada guru saya. Hal ini saya lakukan agar guru kursus saya tidak bingung ketika saya katakan kalau saya tidak bisa membaca tulisan dan menulis. Saya hanya mengharapkan bantuan mereka untuk membimbing saya dalam mengisi Application Form nya. 

  
Application Form AAS dapat diisi dengan menggunakakn tulisan tangan maupun dengan mengisi melalui file Word Document yang telah di unduh. Saya mengisi melalui laptop saya karena keterbatasan saya dalam membaca dan menulis. Guru saya membantu mengartikan maksud dari pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam formulir. Mereka juga membantu saya dalam memberikan jawaban yang sesuai.

Satu minggu telah berlalu dan Application Form sudah terisi. Langkah berikutnya adalah melengkapi dokumen seperti ijasah S1 yang dilegalisir (tetapi tidak perlu di translate ke dalam bahasa inggris), foto kopi KTP, Curriculum Vitae (CV), dan sertifikat tes IELTS (yang ini saya belum punya). Saya berencana mengambil tes IELTS. Menurut saya, saya tidak perlu kerja dua kali karena jika nanti di terima interview, saya harus mengikuti tes IELTS lagi meski gratis. Saya sudah memiliki sertifikat TOEFL tetapi tidak saya sertakan meskipun nilai saya 540 (syarat mendafatar AAS TOEFL 500 dan IELTS 5). 

Prof. Loekito membantu saya dan mempertemukan saya dengan Mr. Alex, kepala sekolah IALF (Indonesia Australia Language Foundatuin) Surabaya. IALF adalah salah satu tempat penyelenggara tes IELTS yang diakui oleh AAS. Dan IALF juga merupakan tempat Mbak Tantri mengambil tes IELTS. Yup, secara kebetulan Mbak Tantri juga merekomendasikan tempat ini karena menyediakan layanan khusus bagi penyandang tunanetra. 

to be continue....

Sunday, February 8, 2015

Meraih Mimpi, Menggapai Asa, Menembus Batas dengan Separuh Cahaya - Part 2

The First Sign

Saya masih ingat, waktu itu saya sedang berada di rumah seorang teman. Beliau adalah ketua Pertuni DPC Surabaya, Pak Ria namanya. Tepat satu tahun yang lalu, kami sedang mengadakan rapat tahunan Pertuni yang selalu kami adakan setiap setahun sekali di awal tahun. Pertuni adalah sebuah organisasi masyarakat kependekan dari Persatuan Tunanetra Indonesia.

Rapat tersebut dihadiri oleh sebagian besar pengurus, maklum saya juga termasuk sebagai salah satu pengurus Pertuni Surabaya. Setelah beberapa jam rapat, saya lupa kejadian rincinya tetapi saat itu saya sedang berbicara dengan salah seorang teman yang bernama Mbak Tantri. 

Mbak Tantri menawarkan pada saya untuk mengajukan permohonan beasiwa. Beasiswa tersebut adalah AAS (Australia Awards Scholarship) yang merupakan beasiswa pemberian dari pemerintah Australia untuk pengembangan Indonesia dan negara-negara lain yang bekerjasama dengan Australia. 

Mbak Tantri menceritakan pengalamannya saat mendaftar sebagai salah satu kandidat AAS di ttahun 2012. Namun sayangnya ia gagal mendapatkan beasiswa tersebut dikarenakan ia tidak memenuhi syarat minimal IELTS (untuk mendaftar minimal IELTS 5 atau TOEFL 500). Padahal dari teman-teman lain, saya dengar Mbak Tantri memiliki ketrampilan bahasa inggris yang baik, bahkan ia pernah di kirim ke Australia untuk studi banding. 

Ternyata menurut Mbak Tantri, nilai IELTS yang tidak mencukupi inilah yang menyebabkan kegagalannya. Dalam benak saya terlintas pertanyaan "Apa itu IELTS??" Kata itu terdengar asing di telinga saya, namun dengan sigap saya menyimpulkan ini pasti sama seperti TOEFL (walaupun saya harus mencari informasi lebih lanjut mengenai tes tersebut setelah hari itu). Mbak Tantri melanjutkan cerita tentanng pengalamannya, seperti apa tes nya, di mana ia mengambil tes nya, dan permasalahan yang dihadapi nya saat mengerjakan tes tersebut.

Sebagai penyandang tunanetra buta total, sepertinya sedikit sulit dalam mengerjakan tes nya meskipun sudah di modifikasi sehingga soal tes yang disajikan sudah dalam bentuk Braille. Berita baiknya, tes ini ternyata dapat disesuaikan dengan kondisi keterbatasan seseorang atau penyandang disabilitas. Cerita selengkapnya tentang pengalaman saya dalam mengikuti tes IELTS bisa dibaca di My IELTS Test.

 OK, pada intinya saya mengambil 2 kesimpulan dari cerita Mbak Tantri. Pertama, AAS juga diperuntukkan bagi setiap penyandang disabilitas yang ingin melanjutkan studi S2 atau S3 ke Australia. AAS mempersilahkan penyandang disabilitas untuk mengajukan permohonan beasiswa. Kedua, saya harus mengambil tes IELTS, karena salah satu syarat untuk mendaftar beasiswa ini adalah kemampuan bahasa inggris yang baik. 



Setelah pertemuan tersebut, saya merasa mungkin ini adalah sebuah tanda. Ini adalah kesempatan yang di berikan Tuhan dalam mewujudkan impian saya. Saya mencari informasi dari internet mengenai AAS. Informasi lengkap tentang AAS dapat anda lihat di www.australiaawardsindonesia.org. Pendaftaran di buka sejak bulan Februari 2014 dan penutupan (batas akhir pengumpulan berkas) pada 18 Juli 2014. Sepertinya tanggal pembukaan dan penutupan pendaftaran tidak selalu sama setiap tahun, jadi anda harus memastikan tanggal nya.

Next... Preparation!


Meraih Mimpi, Menggapai Asa, Menembus Batas dengan Separuh Cahaya - Part 1

Commencement

Saya menatap layar laptop dan terus berpikir apa yang ingin saya tulis dalam blog ini? Harus mulai dari mana? Sebenarnya ini bukan pertama kalinya saya menulis di blog. Sewaktu masih kuliah S2 di Universitas Airlangga Surabaya, saya cukup sering memposting artikel-artikel tentang pendidikan. Selain artikel-artikel tersebut, saya juga memposting beberapa artikel tentang diri saya (yang salah satunya bisa anda baca di sini).

 

 

OK, kali ini saya akan menceritakan perjalanan saya dalam meraih mimpi saya. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, nama saya Tommy. Saat ini saya berusia 32 tahun dan bekerja sebagai seorang komsultan pendidikan di beberapa sekolah Taman Kanak-kanak di Surabaya. Saya juga mengikuti beberapa organisasi non profit, yayasan dan komunitas di Surabaya dan di Bandung. Background pendidikan saya adalah bidang psikologi dan Master of Science Psychology dengan jurusan Psikologi Pendidikan. And the last but not least, i'm a person with blind and visual impairment...

 

Ya, saya adalah seorang tunanetra jenis low vision. Mimpi saya adalah ingin membantu sesama penyandang disabilitas, terutama tunanetra, melalui jalan pendidikan. Blog ini saya tulis agar kisah perjalanan saya dalam menggapai mimpi bisa menjadi sebuah inspirasi bagi para penyandang disabilitas lain agar bisa memiliki mimpi yang sama.

 

Sebenarnya saya tidak pernah berpikir bahwa dalam mewujudkan impian saya, kenyataannya melebihi dari harapan saya. Maksudnya?? Ya, saya tidak pernah berpikir untuk bisa melanjutkan studi hingga ke luar negeri, namun kenyataannya saya berhasil memperoleh beasiswa untuk belajar ke luar negeri!

 

Melalui blog ini saya ingin membagi pengalaman saya dalam mendapatkan beasiswa ini dan pengalaman belajar serta hidup di negara lain sebagai seorang penyandang disabilitas. Insyaallah saya dapat menuliskannya secara urut dan terperinci agar mudah dalam memahaminya. 

 

Saya percaya, jika kita memiliki tujuan yang mulia, niat yang baik, disertai ikhtiar/usaha dan doa, insyaallah Allah akan menunjukkan jalan yang terbaik untuk kita. Never give up! Meskipun saya tahu dalam meraih impian kita itu sangat tidak mudah dan salah satunya dikarenakan keterbatasan kita. Guys, believe me, if theres a will, theres a way. Bahkan kalian juga dapat menembus batas dari impian kalian.

 

Oh ya, saya juga termotivasi untuk bisa belajar ke luar negeri dan memiliki tujuan lebih besar lagi karena saya membaca sebuah artikel yang menceritakan tentang 3 Kisah Penyandang Tuna Netra yang Luar Biasa.Setelah membacanya, saya merasa terinspirasi dan termotivasi untuk bisa berprestasi seperti mereka. Jika mereka bisa walaupun buta total, kenapa saya yang masih ada sisa  penglihatan tidak bisa? Dan jika saya bisa, kenapa anda yang masih awas tidak bisa?

 

Inilah kisah perjalanan saya...... (to be continue)